Refleksi Cinta Negeri dari Ibu Rumah Tangga

Refleksi Cinta Negeri

Menjadi seorang ibu merupakan impian dari sejumlah perempuan, termasuk aku. Seiring berjalannya waktu mulai menyadari bahwa keinginanku menjadi seorang ibu, tidak dibarengi dengan mempersiapkan bekal ilmu yang memadai. Sehingga pada saat Allah perkenankan mendapat gelar ibu, beratnya terasa. Tidak mudah ketika harus menuliskan refleksi cinta negeri dari ibu rumah tangga sepertiku.

Apa itu Refleksi Cinta Negeri? 

refleksi/re·flek·si/ /réfléksi/ n 1 gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar:  2 gerakan otot (bagian badan) yang terjadi karena suatu hal dari luar dan di luar kemauan atau kesadaran; 3 ki cerminan; gambaran

cinta/cin·ta/ a 1 suka sekali; sayang benar 2 kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan):  3 ingin sekali; berharap sekali; rindu:  4 kl susah hati (khawatir); risau

Jika disesuaikan dengan arti dalam KBBI, maka refleksi cinta memiliki makna cerminan dari perasaan sangat menyukai. Cinta negeri versi seorang ibu rumah tangga adalah dengan mendedikasikan diri dalam proses mendidik generasi mendatang.

Dewasa ini banyak hal negatif yang membuatku merasa khawatir. Tingginya ilmu tidak dibarengi dengan bekal akhlak yang mulia. Sehingga banyak terjadi pem-bully-an, kasus narkoba, seks bebas, penyimpangan seksual, pembunuhan, serta kasus remaja bunuh diri. Hal negatif tersebut sering kali terjadi disebabkan kurangnya kehadiran orang tua dalam tahap pendidikan anak.

Terlalu menggantungkan pendidikan anak pada instansi (sekolah), serta kurangnya kesadaran akan tanggung jawab sebagai pendidik yang utama. Sibuk bekerja menjadi salah satu alasan yang membuat orang tua berlepas tangan dari pendidikan anak. Padahal anak-anak harus mendapatkan teladan serta kasih sayang dari orang tua untuk membentuk karakternya. 

Seperti polemik yang beberapa tahun ini terjadi, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara 'tanpa ayah' (fatherless country) tentu hal ini sangat menyedihkan. Sebagian besar anak-anak Indonesia tumbuh tanpa memperoleh figur ayah. Kondisi ini menyebabkan adanya kekosongan dalam diri anak akan sosok panutan.

Kondisi tersebut bisa berpengaruh pada perkembangan mental, anak-anak yang mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya, cenderung lebih percaya diri dan memiliki kecerdasan lebih baik. Perasaan nyaman dan bahagia membuat otak, dan sel syaraf lainnya bekerja lebih optimal.

Tentu akan baik jika aku dan suami menjadi partner yang solid dalam mendidik anak. Diperlukan perjuangan yang konsisten agar apa yang menjadi harapan kami bisa terwujud. Berikut adalah beberapa langkah dalam membangun peradaban dari rumah. 

Refleksi Cinta Negeri
1. Muhasabah atau Koreksi Diri

Langkah awal yang kami kerjakan adalah koreksi diri, sebelum menyalahkan orang lain, dan lingkungan. Orang tua adalah cerminan, jika ada yang salah dalam diri kita, bukan hal yang tak mungkin jika sikap itu ditiru oleh anak. Meski terdengar mudah, tetapi koreksi diri merupakan tantangan yang sulit dilakukan. 

Apabila merasa kesulitan untuk melihat kesalahan diri sendiri, minta bantuan pasangan. Biasanya pasangan akan suka rela menegur, jika memang ada hal yang keliru. Menurut Suami, aku tidak mudah diyakinkan atas kesalahanku. Jika dikoreksi akan selalu mencari-cari pembelaan. Terkadang sedih juga ya  kalau sudah berusaha semaksimal mungkin, ternyata masih ada yang salah. Namun, dengan mengakui kesalahan menjadi pintu untuk menjadi lebih baik. 

Menjadi orang tua bukan hal yang mudah, harus terus belajar. Menerima kritik dan saran, serta mengakui kesalahan akan mempermudah dalam kita memperbaiki diri. Setuju?

2. Belajar Ilmu Parenting

Tidak setiap orang tua menyiapkan anak-anaknya dengan ilmu parenting sebelum pernikahan. Banyak di antaranya tumbuh dengan minim teladan. Menolak lupa dengan predikat fatherless country, tentu banyak sekali calon orang tua yang tidak memiliki role model yang baik. Untuk itu belajar ilmu parenting menjadi jalan yang terbaik.

Berbeda dengan suamiku yang memiliki role model yang baik. Aku mengalami banyak masalah dalam menjadi Ibu. Harus melewati masa-masa tertekan dengan inner child negatif, tersebab rasa kecewa terhadap sosok salah satu orang tua membuat pola hidupku demikian runyam. 

Aku belajar parenting melalui beberapa media, seperti bergabung dengan komunitas parenting, mengikuti kelas-kelas online, melalui buku-buku parenting. Serta kajian ilmu agama yang selaras dengan kebutuhanku sebagai orang tua.

Minat, bakat, multiple intelligence, fitrah, menjadi ilmu baru yang membuatku semakin haus. Mengenali kecerdasan anak, membutuhkan tips dan trik serta ilmu, agar anak bisa bertumbuh cemerlang dengan potensi yang terasah.

Tahapan pendidikan disesuaikan dengan usia anak, sebab pada usia dini pertumbuhan otak anak belum optimal, sehingga harus disesuaikan dengan kemampuan otaknya. Supaya bisa menyesuaikan dengan daya berpikir anak.

"Menjadi seorang ibu bukan hal yang sepele, segala rutinitas yang dikerjakan itu bukan hal yang tidak penting. Kita sedang menumbuhkan seorang anak untuk masa depannya."

3. Berbagi Peran Dalam Pengasuhan

Berbagi peran merupakan langkah kecil yang berdampak besar pada anak. Masing-masing memiliki peran yang berbeda. Peran kedua orang tua, memiliki andil yang besar terhadap fitrah seksualitas anak. Seorang anak berusia 0-2 tahun bayi berada dalam masa penyusuan, ia harus didekatkan kepada ibunya, hal ini bermanfaat untuk  mengajari nilai kasih sayang. Ia belajar kasih sayang dari orang taunya.

Saat anak berusia 3-6 tahun, anak diajak untuk mengenali gendernya, perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki. Pada masa ini selayaknya anak di dekatkan dengan ayah dan ibunya untuk belajar dari keduanya.

Peran Ayah dan Bunda dalam membangkitkan fitrah seksualitas meliputi:

refleksi cinta ibu rumah tangga

Anak-anak akan memiliki karakter sesuai fitrahnya, dengan adanya teladan yang baik. Kehadiran Ayah tak boleh dianggap remeh, pada contoh kasus Ayah bekerja di luar negeri atau luar daerah. Hal ini bisa disiasati dengan melakukan panggilan telepon/ panggilan video.

Ibu bisa melaporkan keseharian anak, poin-poin penting yang harus Ayah sampaikan sebagai nasihat atau apresiasi untuk anak, harus sudah Ibu beritahukan. Selain komunikasi Anak dan Ayah, komunikasi Ayah dan Ibu juga harus terjaga.

Selain itu, figur Ayah/Ibu bisa digantikan oleh keluarga terdekat. Apabila kondisi yang dialami adalah kehilangan sosok Ayah/Ibu disebabkan kematian. Maka pengenalan gender serta peran seksualitas bisa digantikan dengan sosok terdekatnya. Supaya kelak dapat terhindar dari penyimpangan seksualitas.

4. Melayakkan Diri Menjadi Panutan

Rasullah  Shalallahu Alaihi Wassalam, dalam mendidik umatnya 40% dengan sabda, sisanya dengan teladan yang beliau contohkan. Mengenalkan akhlak mulia sejatinya bukan perkara yang sulit, jika kita sebagai orang tua mengerjakan amalan tersebut. Akan menjadi sulit apabila apa yang kita ucapkan tidak sesuai dengan perilaku kita.

Anak biasanya lebih mudah meniru apa yang dilihatnya, dibanding dengan apa yang diperintahkan. Imam Asy-Syafi'i pernah memberikan nasihat kepada muridnya, "Ketahuilah yang pertama kali harus kamu lakukan dalam mendidik anak-anak khalifah adalah memperbaiki dirimu sendiri. Karena, sejatinya paradigma mereka terikat oleh paradigma dirimu. Apa yang mereka pandang baik adalah apa-apa yang kau kerjakan,  apa yang mereka pandang buruk adalah apa-apa yang kau tinggalkan."

Pernah nggak Ibu/Ayah merasa ungkapan emosi anak saat marah, sama seperti saat kita memarahinya? Masih mau memberikan contoh yang kurang baik?
Refleksi Cinta Negeri
Anak adalah generasi penerus bangsa, kelak ketika sudah tiba waktunya kita harus me-release mereka kepada masyarakat. Anak-anak akan mengambil peranan dalam memajukan Indonesia. Menurutku bekal ilmu duniawi saja tidaklah cukup. Anak-anak harus dipersiapkan dengan pemahaman agama yang baik, agar kelak setiap keputusan yang akan diambil berdasarkan keyakinan bahwa hal yang mereka kerjakan senantiasa ia pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Langkah kecilku tentu masih sangat jauh bila dibandingkan dengan sosok Ibu Sumirah, seorang tukang pijat yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia mendedikasikan dirinya untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak putus sekolah di daerahnya dengan Yayasan Panti Asuhan Amanah yang ia dirikan. 

Beliau tak hanya mendidik anak kandungnya sendiriberbeda dengan yang kukerjakantetapi ada sekitar 85 anak yang ia biayai sekolahnya. Sedangkan aku hanya memaksimalkan pendidikan kepada anak-anakku, baik pendidikan moral, pendidikan agama maupun nilai akademis anak-anakku.

Mengetahui kisah Ibu Sumirah membuat diriku terinspirasi, meski rasanya tak sanggup jika menjadi pahlawan hebat sepertinya. Sosoknya berhasil membuatku merasa malu jika berlaku sekadarnya dalam mendidik. Memberi sedikit suntikan semangat, agar menjadi orang tua yang lebih baik.

Mendidik bukan seperti membuat masakan, jika dikerjakan sesuai panduan dan resep maka tak lama kemudian akan tersaji makanan di meja. Dalam memasak juga tak selalu sama rasanya meski hasil cara pembuatannya sama. Mendidik memiliki jalur yang berliku, tidak bisa buru-buru, tentu sulit ya jika diri kita belum berubah menjadi diri yang lebih baik. Mendidik dimulai dari mendidik diri sendiri.

1. Memberi Aktivitas Yang Beragam

Mengetahui potensi kekuatan pada diri anak bukan perkara yang mudah. Bukan pula sesuatu yang bisa ditargetkan dengan cepat. Orang tua harus memberikan aktivitas yang beragam untuk memunculkan potensi yang ada dalam diri anak.

Potensi anak dapat tercermin melalui 4E (Easy Enjoy Excelent Earn), hal ini dibutuhkan penajaman dengan memberikan aktivitas yang beragam dan juga berulang. Binar pada mata merupakan indikasi awal, bakat merupakan personaliti yang produktif. Maka jika itu termasuk dalam potensi kekuatannya maka ia akan dengan senang hati melakukan, dan tak segan mengulanginya.


Kedua anakku memiliki kecenderungan minat yang hampir sama, mereka sama-sama suka bercerita, suka sekali memakai kamera untuk nge-vlog. Di galeri ponsel merupakan timbunan hasil vlog mereka. Isinya random, bisa menceritakan tentang nabi-nabi, berkisah tentang apa yang ada di kepalnya. Hingga mereka berlagak sedang unboxing mainan favorit mereka.

Vanyaanak sulungkusuka bercerita ini sudah sejak usia empat tahun. Terkadang dengan menggambar, kemudian mengisahkan apa yang digambarnya. Lalu bercerita hal-hal yang ada dalam imaginasinya. Mengulang kisah dalam buku yang ia dengar atau baca.

Aktifitas Beragam
Apresiasi kedua kalinya sebagai penulis inspiratif
Saat ini ia berusia sembilan tahun, sejak berusia tujuh tahun, Vanya belajar di kelas menulis buku antologi khusus anak-anak. Rasanya Vanya tidak terlalu tertarik menulis, sebab ketika menyelesaikan kisah biasanya Vanya bercerita dan saya yang dimintanya untuk menuliskan kisahnya.

Kemampuan menulisnya belum mahir, baik tulis tangan maupun tulis dengan laptop. Vanya mengatakan bahwa ia lama menuliskan kisahnya hingga membuatnya lupa apa yang hendak ia tulis. Mungkin nanti ketika kemampuan menulisnya sudah lebih baik dia akan merasa mudah.

Jujur, ketika Vanya sudah mulai bercerita, aku sering kali tak bisa menyamai kecepatannya. Ada beberapa kata yang terkadang tak sempat kutulis, nanti Vanya akan menegurku dan mengatakan kalau apa yang kutulis berbeda dengan ceritanya, dan ia tidak suka.

Vanya juga menyukai design, ia senang mengutak-atik aplikasi painting, aplikasi design, dan edit video. Namun hasil design-nya belum terkonsep, ia masih dalam tahap bersenang-senang dan mengenali bermacam-macam tools yang ada.
aktivitas beragam
Ilustrasi karya Vanya terbaru dengan memanfaatkan elemen gratis dari aplikasi design Canva,

Aku belum bisa mengatakan ini sebagai bakat yang Vanya miliki, tetapi Vanya sudah belajar dengan baik tentang proporsi ukuran masing-masing benda dan caranya mengatur tata letaknya. Meski ilustrasi kali ini juga masih ada koreksi pada pemilihan meja yang kurang sesuai dengan kursi yang terlalu tinggi. 

Beberapa hari yang lalu tanpa sengaja ia melihat video tutorial yang sedang aku stell, kemudian  berdiskusi. Ia memberi jawaban, "itukan kemarin saat Mbak Vanya belum nonton video ini buatnya, wajar dong kalau ukurannya nggak por apa tadi Ma?" Ketika aku menilai karya sebelumnya.

Aida juga senang bercerita, tetapi sedikit pemalu. Meski begitu ketika harus berkenalan di depan banyak orang ia mampu mengucapkan kata-katanya meski sambil tersipu. Kedua anakku senang berpendapat, protes jika apa yang kuajarkan tidak seperti yang kukerjakan. Membuatku sering merasa malu.

2. Mengevaluasi Bakat dan Minat Anak

"Mengapa negeri ini rapuh? Karena banyak pohon beringin ingin menjadi pohon jeruk, dan pohon jeruk ingin menjadi pohon mangga." ~ Gede Prama ~

Membaca kutipan di atas membuatku merasa agar anak-anakku bisa tumbuh sesuai dengan fitrahnya. Setelah memberikan aktivitas beragam kita harus melakukan sortir pada kegiatan-kegiatan yang anak-anak kuasai dan tidak. Lalu fokus untuk meninggikan gunung, bukan meratakan lembah.

Mengevaluasi, membuatkan catatan tentang potensi kuat dan lemah mereka. Tak ingin jika aku mendapatkan benih  buah tin, kemudian aku men-treatment seolah-olah ia buah anggur. Buah tin tentu tidak membutuhkan penyangga untuk tempat merambat.

Apa jadinya Indonesia jika hal tersebut terus berlangsung? Yuk buat perubahan untuk masa depan Indonesia dari rumah!

3. Memfasilitasi Anak dalam Berkarya

Vanya dan Aida, keduanya menyukai crafting. Untuk itu aku harus menyiapkan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Dulu aku sering membuat DIY peraga belajar untuk Vanya dan Aida. Tujuannya sih untuk berhemat, recycle, dan juga memanfaatkan ide-ide crafting yang ada di kepala.

Ternyata aktivitas itu menarik perhatian anak-anakku, sehingga mereka sering memintaku agar mengajak mereka bebikinan. Dan sekarang ini, mereka berdua sedang membuat paper doll, kemudian mereka membuatkan bermacam-macam model pakaian, hijab, tas, topi, dan aksesoris lainnya.

Kemarin buku yang baru dibeli, tinggal beberapa lembar karena mereka gunakan untuk membuat baju dan aksesori bonekanya. Kadang mereka ingin membuat donat, membuat kue-kue lainnya yang mereka sukai. Jadi aku harus memiliki stok bahan agar tidak membuat mereka kecewa. Bisa banget nih untuk warga Jawa Timur dan Makasar menyiapkan bahan untuk bebikinan dari Aplikasi Super. Nanti kita cerita tentang aplikasi ini ya!

Kedepannya mungkin aku harus menyiapkan peralatan untuk mereka belajar vlog juga. Supaya video yang dihasilkan bagus, memberi tantangan mereka agar menyiapkan konsep sebelum memulai rekam video. Selama ini saya belum terlalu andil dalam hal yang satu ini. Beberapa bulan yang lalu, Vanya mengatakan, "Ma, kayaknya aku bisa deh Ma jadi sutradara kalau besar nanti."


Aku menyemangatinya untuk terus belajar, dan berlatih. Vanya masih harus belajar mengenai agamanya sebelum ia mengenal ilmu yang lainnya. Sungguh, di samping ingin melihat anakku bersinar karena menemukan potensinya. Jauh lebih besar dari itu, jika kelak ia dipercaya menjadi seorang pemimpin, maka dengan amanah itu aku ingin anakku bisa menggapai surga firdaus-Nya.

4. Mengevaluasi Agar Visi dan Misi Tercapai

Visi dan misi yang kami miliki adalah mendidik anak-anak mengenal Rabb-nya, beribadah dengan sebaik-baik ibadah. Menanamkan pengertian kepada anak agar menjadikan Allah sebagai sumber aktivitas mereka, memilih hal-hal yang Allah rida.

Menumbuhkan anak-anak menjadi sosok seperti yang Allah ciptakan, tidak menitipkan cita-cita orang tua pada anak. Perjalanan masih panjang, evaluasi masih harus dilakukan berulang. Semoga Allah rida, menjadikan segala perjalanan yang kami tempuh bernilai ibadah.

Saatnya untuk menunaikan janji, beberapa waktu ini aku berkenalan dengan Aplikasi Super. Super adalah aplikasi untuk agen reseller yang menjual sembako dan barang lainnya di kota kecil dan daerah. Saat ini Aplikasi super mengantarkan pesanan di Jawa Timur (Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Jombang, Lamongan, Tuban, Malang, Batu, Kediri, Bojonegoro, Pasuruan, Jember, Lumajang, Bondowoso, Madura), dan Makassar.

Apa sih keuntungan menggunakan Aplikasi Super dibanding dengan aplikasi lainnya?

Keunggulan Aplikasi Super
sumber: aplikasisuper.id
Cocok sekali untuk ibu rumah tangga yang ingin menambah penghasilan tetapi tidak memiliki cukup waktu untuk kulakan barang dagangan. Bagaimanapun juga anak-anak tetap menjadi prioritas bagi seorang ibu. Anak-anak juga tak meminta dilimpahi uang hingga terabaikan. Ibu bisa tetap fokus dalam mengasuh anak, tentu waktu untuk pergi ke grosir untuk kulakan bahan dagangan menyita banyak waktu.

Mengurangi kerepotan Ibu, sehingga bisa menjadi pertimbangan untuk memiliki usaha. Adakah yang sedang ingin memiliki warung sembako? cocok sekali jika Ibu bergabung di sini. Selain dimudahkan dengan tiga hal di atas, Aplikasi Super juga menyediakan training dan pelatihan bagi yang tergabung sebagai Sedulur Super.

Jika belanja di aplikasi lain kita sering dipusingkan oleh berat belanjaan yang berimbas pada mahalnya ongkos kirim, berbeda dengan di sini. Belanjaan akan dikirim oleh kurir, bebas ongkir, WOW. 

Ada lima keuntungan saat tergabung dalam Mitra Super Center, yaitu pemilik toko kelontong tidak memerlukan modal, menarik bukan? Ada empat keuntungan lagi, buruan kepoin websitenya Aplikasi Super untuk bergabung. 

Peluang pekerjaan lainnya yaitu sebagai Agen Super. Menjadi fasilitator bagi pemilik warung yang tidak bisa menyiapkan purchase order sendiri. Aplikasi Super ini dibuat untuk menjangkau daerah pedesaan yang masih awam dengan sistem belanja online.

Menurut ASEAN Briefing, ini merupakan model e-commerce pertama di Indonesia yang menggunakan prinsip seperti C2C (Customer to Customer). Mereka berfokus di daerah pedesaan. Kebanyakan orang tidak terbiasa dengan transaksi pada layar  dan melakukan CTA (Call to Action) transfer ke Bank dengan kode unik yang harus dimasukkan pada ATM. Untuk itu dibutuhkan seseorang yang membantu mereka menyiapkan pesanan.

Aplikasi Super melakukan pendekatan O2O (Online-to-Offline) dengan mencari tokoh masyarakat yang memiliki jaringan 50-100 orang, dilatih untuk dijadikan fasilitator dalam mengumpulkan permintaan order. Keren ya, dan ternyata ada Ibu Defi yang sudah memulai. Kita kepoin Ibu Defi yuk, Super Agen dari Surabaya ini.

Ibu Defi Variasari #BeraniMemulai belajar menggunakan aplikasi, berjuang demi anak-anaknya. Tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Berkarir dengan Aplikasi Super memiliki waktu yang fleksibel. Ibu Defi mengerjakannya sebagai sampingan ketika tugas domestik mengurus suami dan anak-anaknya telah tertunaikan. Menjadi pahlawan keluarga diawali dengan berani memulai.

Aplikasi Super memiliki misi untuk memeratakan kesejahteraan masyarakat wilayah timur Indonesia. Menginginkan agar tidak hanya di kota besar masyarakatnya memiliki kemudahan dalam membuka usaha mandiri.

Langkah nyata membangun negeri juga dilakukan dalam misi sosial. Terbukti dengan kegiatannya berbagi kebaikan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, Super menggandeng We Care untuk bekerja sama dalam donasi kemanusiaan.

Sebuah perjuangan besar pasti dimulai dari langkah kecil. Mari bergerak bersama-sama untuk membangun peradaban dari rumah. Rumah merupakan tempat bermulanya aktivitas, mari deraskan makna aktivitas di rumah dengan memasukkan nilai-nilai penting dalam kehidupan Ananda. Setiap orang tua layak menjadi pahlawan bagi anak-anaknya.

Tak ada kehidupan yang sempurna, tak ada orang tua yang tak memiliki kesalahan. Setiap manusia boleh melakukan kesalahan, tetapi seorang panutan harus bangkit memperbaiki kehidupannya demi anaknya.

Bukan cerita yang istimewa yang bisa kusuguhkan dalam rangka memeriahkan #SuperBercerita. Refleksi cinta negeri yang coba kuusung adalah tentang bagaimana ibu rumah tangga biasa mengambil peran dalam membangun peradaban. Indonesia masa mendatang adalah milik generasi yang sedang kita didik. Semoga kelak kita bisa mewujudkan Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang berpotensi dan tangguh.


Sukma (lantanaungu.com)
Lantana Ungu adalah seorang Ibu dengan dua orang putri, menyukai dunia literasi dan berkebun. Memiliki 11 karya antologi dan sedang ikut serta dalam beberapa proyek buku antologi. Sangat tertarik dengan dunia parenting, terutama parenting Islami. Email Kerja Sama: sukmameganingrum@gmail.com

Related Posts

65 komentar

  1. Jujur aku agak kaget dengan hasil penelitian Negara Anak tanpa ayah. Miris banget ya. Tapi akupun setuju apapun kondisinya pendidikan anak untuk bekal selama hidup jangan hanya bekal duniawi aja. Tapi bekal akhirat juga ya dengan mendekatkan diri pada Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyakan miris dengernya.
      Iya dengan bekal ilmu agama, nanti anak akan lebih mudah memaafkan jika ada hal semac fatherless dalam hidupnya.

      Hapus
  2. Melayakkan diri untuk menjadi panutan bagi anak, ini yang saya rasakan paling berat saat menjadi orang tua. Tapi harus terus berusaha, mendisiplinkan diri untuk terus memberi contoh teladan yang baik untuk anak-anak

    BalasHapus
  3. Luar biasa ya perjuangan seorang ibu. Walaupun ia merawat 3 anak dan perjuangannya itu lho patut diapresiasi. Kadang seorang anak patut berbakti pada ayah dan ibunya. Kisa di atas luar biasa ya, keren dan inspiratif.

    BalasHapus
  4. Wah ibu-ibu yang di jawa timur mesti coba daftar nih aplikasi super siapa tau penghasilan tambahan malah bisa jadi pintu rejeki buat ngegenepin dana pendidikan anak

    BalasHapus
  5. Urusan anak itu memang berat ya. Makanya sebisa mungkin untuk berhati-hati, termasuk dalam memilih lokasi kerja yang tak jauh dari keluarga. Agar bisa mendampingi anak tumbuh dan berkembang, menguatkan mentalnya, dan mudah-mudahan bisa menjadi teladan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin ... semog yang jauh bisa mutasi lebih dekat dengan keluarga ya Bang Doel

      Hapus
  6. Asyik banget aplikasi super ini ya mbak, bisa membantu para IRT untuk bisa mendapat penghasilan dari rumah tanpa harus meninggalkan anak di rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak, mau kulakan tinggal isi keranjang di apikasi super, bayarnya pas barang dianter ke Toko, jadi nggak ribet buka Mbangking.

      Hapus
  7. Dengan adanya aplikasi super ini tentunya pun orang tua bisa belajar juga,upgrade diri dengan skill terkini seputar parenting ya. Cinta gak melulu ngomongin yang indah saja sih tetapi dengan saling belajar bisa membuat kualitas pernikahannya makin baik ya.

    BalasHapus
  8. Gak ada orang tua yang sempurna, orang tua hanya perlu melakukan yang terbaik untuk anaknya. Pendidikan anak tetap jadi prioritas ya mbak.

    Sekarang orang tua pun bisa nambah penghasilan dengan jadi reseller sembako di aplikasi super. Bisa berjualan secara online sambil terus mendampingi anak di rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak, semakin selaras antara membersamai anak dengan keberlangsungan dapur. Tetep ngebul dong.

      Hapus
  9. fatherless country ini aku rasakan juga sometime terhadap suami. Bukannya suami cuek bebek sama anak ya, tapi menurutku masih sangat kurang waktunya untuk anak karena pekerjaan. Di luar negeri, bos dilarang menghubungi karyawan untuk masalah kerjaan setelah jam 5 sore. Di Indonesia? Duh sampai tengah malam pun suami kita bisa dihubungi pimpinan soal kerjaan.

    Di Indonesia sekarang juga perempuan banyak yang menjadi tulang punggung keluarga. Tak jarang ibu dilema antara menemani anak dengan bekerja di luar. Cuma kalo jadi agen reseller di aplikasi super mungkin beda cerita ya. Ibu bisa tetap bersama anak di rumah, karena semuanya diatur dari ponsel.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi inget waktu jamannya jadi QC, kalau kedapetan shift 3, trus produk jelek masih jalan juga mesin, suka ngamuk. Nanti ke atasan produksinya ngamuk2 nih, apa perlu telpon Head QC, gangguin oeng yang lagi tidur gara2 Bapak nggak mau dengerin saya? Di sini saya mewakili beliau loh. Baru deh nanti di matikan mesinnya.

      Emang kadang gitu ya, kurang berani mengambil tindakan jadi gangguin orang yang lagi bersama keluarga.

      Semoga ada solusi untuk masalah Kakak, suapaya anak bisa mendapatkan perhatian ayah juga.

      Hapus
  10. Poin keempat tentang melayakkan diri sebagai panutan jadi tanggungan yang enggak mudah. Padahal saat ini anakku masih kecil, belum sampai dua tahun. Tapi aku sudah bingung bagaimana aku bisa tampak baik dan dapat ditiru oleh dia. Sebisa mungkin tidak melakukan hal yang buruk karena kemampuan meniru si kecil sedang bagus-bagusnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ya ... mulai kepikiran untuk jadi lebih baik demi si kecil.

      Hapus
  11. masya Allah tabarakallah....keren banget mom udah diikutkan bikin antologi kepenulisan sejak kecil

    BalasHapus
  12. Masyaa Allah Bund.. cerita nya inspiratif sekali dalam memberikan aktivitas kepada anak2 perempuannya.
    Semoga saya bisa mencontohnya untuk anak perempuan saya yg masih berumur 2 tahun.. 🙏

    BalasHapus
  13. Meskipun sudah jadi orangtua tetap terus belajar ilmu parenting ya Bu. Aplikasi super sangat membantu menjalankan usaha warung. Penting banget nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak ... keduanya penting ya Pak. Untuk ibu yang memiliki warung sembako. hehe

      Hapus
  14. Sedih ya Indonesia ada peringkat tjga kategori fatherless country. Pemerintah perlu mengambil perhatian khusus nih. Seperti yang pernah dilakuka Jepang, berkaca dari masalah yang sama dan solusinya di negara lain. Semoga ke depannya ada banyak ayah yang sadar akan peranan mereka dalam pengasuhan anak. Artikel yang bagus mba, saya jadi kepo dengan aplikask super. Di tunggu postingan berikutnys

    BalasHapus
  15. Aplikasi super ini keren banget, jadi para pedagang besar sembako berkumpul di platform ini ya mbak, sehingga kita IRT lebih mudah belanja dari rumah dan akses toko kelontong terdekat secara mudah, semoga aplikasinya bisa sebar ke seluruh negeri yaaa

    BalasHapus
  16. Wah ada ya aplikasi seperti aplikasi super ini..
    sasaran utamanya bisnis di pedesaan, buat orang yang awam online-online'an..
    gak mudeng saya tadi, ini hanya di daerah tertentu apa udah tersebar di Indonesia ya mba?
    Harus baca ulang lagi sayah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih di Jatim dan madura Mbak, yang mereka saar daerah perdesaan wilayah indonesia Timur, besok meluas ke Bali juga nih kayanya Mbak Vi, dikau di sana kan ya?

      Hapus
  17. Sama seperti pembaca lain dknpost ini, saya kaget tau bahwa negara kita ini urutan ketiga fatherless country. Padahal ngelihat banyak bapak dinmana-mana, tapi maksudnya adalah peranan bapak yang kurang dalam keluarga.

    Banyak catatan dan nasihag yang bisa saya petik dari postingan ini Bunda. Saya ibu baru yang baru belajar, banyak kurangnya. Duh jadi sedih di pagi hari, semua perlakuan saya pada anak dan keluarga nanti juga diminta pertanggungjawaban di akhirat kan ya. Harus banyak belajar, sabar, dan berusaha. Saya setuju, ilmu oarenting ga seperti memasak. Sama resep hasil enak, resep sama pun masih beda rasa sih. Terima kasih remindernya Bunda.

    Informasi tentang aplikasi Super nya juga membantu, masuk banget di kriteria saya yang tinggal di pinggiran kabupaten, ibu rumah tangga yang di rumah aja tapi tetep pengen usaha bantu keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat Kak, ini juga reminder buat saya. semoga kita bisamenjadi orang tua yang baik.

      Hapus
  18. terimakasih atas berbagi cerita ini. sangat memotivasi saya untuk lebih belajar dan mempersiapkan diri menjadi orang tua. dan sekarang sangat dipermudah untuk proses pembelajarannya bisa via online yang tentuny sangat fleksibel...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuk Kak, Ibu baru sepertiku butuh ilmu yang bisa diperoleh secara online. Untuk bepergian masih rempong dengan anak-anak.

      Hapus
  19. Miris juga ya dengan penelitian fatherless country. Sejatinya orang tua harusnya menjadi panutan anak-anaknya. Tetapi tidak semua keluarga bisa seperti itu. Beruntung sekarang ada aplikasi super, jadi bisa menambah penghasilan tanpa harus jauh-jauh meninggalkan keluarga.

    BalasHapus
  20. Inspiratif banget artikelnya, Mba. Setuju, kita sebagai harus bisa mengenalkan dan mengarahkan bakat anak. Kebetulan saya dan putri saya punya minat yang sama, jadi bisa bareng-bareng melakukan kegiatan kreatifnya.

    BalasHapus
  21. MasyaAllah, tulisannya apik dan menginspirasi sekali bund :')
    Saya belum jadi orang tua bahkan saya belum menikah tetapi berani masuk komunitas IIDN. Tujuannya ya ini saya ingin belajar banyak bagaimana menjadi seorang ibu dari pengalaman teman-teman semua. Saya percaya pengalaman adalah pembelajaran yang paling berharga. Poin-poin yang mba tuliskan sungguh membekali saya sebelum masuk tahapan hidup sebagai istri dan seorang Ibu. Terima kasih banyak mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, waa seru nih ada seorang lajag yang sudah membekali dengan ilmu parenting, acungkan jempol. Semoga sukses terus ya Mbak

      Hapus
  22. Masya Allah mbak vanya keren banget masih dini tapi sudah punya karya.

    Duh baca tulisan ini jadi ketampar2 nih tampaknya mumpung pas momennya nih. Perlu mengadakan evaluasi dan refleksi diri

    Sudah layaknya jadi ortu panutan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi ... ini jug tamparan yang sama buat yang nulis, Mbak. Bir buah jatuh tak jauh dari pohonnya itu tetep akhlakul karimah ya Mbak.

      Hapus
  23. keren banget tulisannya mba.. lengkap. itu ibu sumirah inspiratif banget yaaaa.... luar biasa itu mba membuat kita kita jadi semangat untuk berbuat lebih baik lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak ... kaya aku nih nunggu uang berlebih baru berbagi, padahal Ibu Sumirah nggak gitu dan semuanya terpenuhi ya ....

      Hapus
  24. Keren banget, jadi ajang pembelajaran buat calon-calon ibu juga karena perlu bekal ilmu parenting
    Sukses terus dan ditunggu cerita tentang aplikasinya ya

    BalasHapus
  25. Keren sekali anaknya mba Sukma sudah sangat menikmati dan mendalami minatnya,sudah ikut membuat antologi juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah tabarakallah, masih mencoba memperbanyak aktifitas Mbak, semoga bisa mengarah ke bakat dn minat.

      Hapus
  26. Miris ya sama polemik fatherless country, negeri ini ada diperingkat ke 3 lagi, duuh. Banyaknya anak-anak Indonesia tumbuh tanpa figur ayah. Hummm ... memang sebagai orang tua harus banyak belajar dan membenahi dan melayakkan diri dalam pengasuhan anak ya, agar generasi penerus bangsa ini bisa tumbuh dengan baik. Inspiratif dan keren Mba tulisan parentingnya

    BalasHapus
  27. Suka banget dengan kata kata, "Mengapa negeri ini rapuh? Karena banyak pohon beringin ingin menjadi pohon jeruk, dan pohon jeruk ingin menjadi pohon mangga." sebagai guru kadang mengarahkan anak seperti ini, semua harus bisa semua mata pelajaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aku pengalaman sebagai siswa pas sekolah dulu, semua mata pelajaran harus bisa. Sekarang suka kebawa ke pengasuhan juga, beruntung suami suka bilang, "Vanya ki mbok kon iso saiki kabeh?"

      Hapus
  28. Menjadi pribadi yang baik butuh perjuangan yang tidak mudah serta kesabaran untuk terus berubah. Kalau bukan dengan tujuan menjadi panutan bagi anak-anak, pastilah ini berat. Namun, kalau sudah bertekad maka tak ada yang tak mungkin.
    Yap, membangun peradaban negeri sudah semestinya dimulai dari rumah. Tulisannya keren ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bunda, memulai langkah kecil dari rumah tentu akan lebih mudah jika kompak dengan pasangan.

      Hapus
  29. aku setuju dan sependapat dengan tulisan ini. Memang semua mempunyai tugas dan perannya masing-masing. Seorang ibu, apalagi, sangat penting. tapi peran ayah pun tak kalah penting. Maka jalanilah hidupmu sesuai perannya masing-masing

    BalasHapus
  30. Betul sekali, orang tua adalah cerminan dari anak. Perilaku kita sehari-hari di rumah menjadi contoh untuk anak kelak. Jika orang tua memberikan contoh yag baik, sudah pasti anak akan mengikutinya, dan sebaliknya jika buruk, maka anak pun akan mencontohnya

    BalasHapus
  31. Yang pasti generasi mudah butuh panutan ya bukan sekedar slogan semoga refeleksi cinta negeri terus disuarkan supaya generasi muda bisa menerapkannya

    BalasHapus
  32. Peran ibu banyak juga ya. Ayah harus bisa berbagi peran pengasuhan nih sama ibu. Anak yang bakatnya terasah juga berkat perhatian bapak ibunya. Setuju deh sama artikel ini

    BalasHapus
  33. Peran orang tua ayah dan ibu sangat penting dalam.pola asuh yang diberikan.. dan sekolah sebagai faktor pendukung bukan faktor kunci untuk keberhasilan anak kelak . .

    BalasHapus
  34. Rasanya malu melihat Ibu Sumirah yang mengurus banyak anak, sedangkan saya yang sedikit saja sudah merasa kewalahan. Tapi tidak apa-apa, semoga makin hari kita makin baik ya mbak. Saya tertarik sekali membaca tentang Aplikasi Super ini. Saya menunggu kalau ada di Palembang.

    BalasHapus
  35. Suka terharu kalau baca kisah orang-orang inspiratif contohnya seperti Bu Devi Variasari ya. Seorang ibu itu emang tangguh banget, bisa menemukan solusi di tengah-tengah problematika.

    BalasHapus
  36. Baca ini saya jadi keinget mama. Ya Allah jadi merebes mili saya, dan terharu dengan kisah bu Sumirah. Memang peran orang tua sangat penting sekali dalam kehidupan anak. Saya yang baru saja kehilangan mama, terasa banget. Semoga saya bisa menjadi orang tua yang baik kelak untuk anak-anak saya.

    BalasHapus
  37. Sebelum Ramadhan kami kehilangan ayah mertua. Ternyata begini rasanya kehilangan meskipun banyak kue, baju baru, tetap berbeda jika ada yang hilang. Namun, didikannya yang lemah lembut kepada anak anak dan menantu membekas di hati kami. Semoga jadi pahala untuk beliau.

    BalasHapus

Posting Komentar