Malioboro Malam Hari, Yogyakarta Terasa Syahdu

Malioboro Malam Hari

Masih buah tangan dari era new normal masih ada masker menggantung di antara kitah, sebelum para PKL out dari jalanan Malioboro. Teman dolanku masih Mbak Mei. Pokoknya beberapa episode memang jalan-jalan sama Mbak Mei ini. Kali ini nggak hanya bareng Mbak Mei, tetapi juga Mbak Dewi dari Jakarta yang ngidam Wisata Malam di Malioboro.

Sebetulnya wisata seperti Malioboro ini bukan destinasi yang kusukai. Aku memang lebih suka wisata alam sih. Ada aroma bosan tiap kali paket wisata pasti Malioboro menjadi  ampiran. Hihihi ... bilang aja nggak ada cuan buat belanja sok-sokan bosan.

Mungkin karena zaman kecil dahulu emakku jualan pakaian dan belanjanya kadang di Pasar Bringharjo, maka terkesan biasa melihat aksesoris dan baju-baju yang dijajakan. Jalanannya juga sudah berkali-kali kulewati. Meski aku ora gumun mari kita perkenalkan Yogyakarta dengan Malioboronya untuk anak-anakku yang belum pernah kuajak ke Malioboro.

Malioboro Malam Hari, Tetap Ramai Pengunjung

Malioboro Malam Hari
Plang Malioboro tempat estetik untuk berfoto (foto: Pinterest)


Ternyata Malioboro yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Malioboro zaman kecilku dulu. Aku sudah tak ingat kapan terakhir kalinya ke Malioboro. Pada pukul 18.00-24.00 WIB Jalan Malioboro di tutup, pengendara harus melewati jalan lain. Sehingga membuat pengunjung bisa berjalan santai di sini.

Hanya becak dan andong yang diperbolehkan lewat. Becak dan andong digunakan untuk angkutan wisata para pengunjung. Kabarnya untuk saat ini pedagang kaki lima sudah tidak ada di Jalan Malioboro ini. Sewaktu aku ke sana para PKL masih berjualan di sepanjang jalan Malioboro.


1. Menuju Titik Nol Yogyakarta

Titik Nol Yogyakarta

Waktu itu kami datang bersama anak-anak dan membawa ornang tua kami, rasanya jika berjalan kaki akan melelahkan. Jadi kami sepakat untuk menyewa andong untuk menuju titik ini. Tempat yang ingin kami tuju adalah Titik Nol Yogyakarta dan Tugu Yogyakarta. Namun, perjalanan andong kami terpaksa terhenti di tengah jalan. Sebab, kami tak ingin mengunjungi pusat oleh-oleh Bakpia dan Kaos. Hal ini sepertinya tidak sesuai dengan rute perjalanan Andong.

Titik Nol Yogyakarta

Kami dan para kusir andong sama-sama kecewa, jadi keputusannya adalah jalan kaki saja. Lumayan lah, tinggal jalan kaki balik ke parkiran saja. Suasana di Titik O, Yogyakarta tampak ramai. Di sini ternyata ada beberapa patung pajangan di sini, tetapi diberi penghalang sehingga pengunjung tidak bisa mendekati.

Titik Nol Yogyakarta

2. Naik Andong di Malioboro

Malioboro Malam Hari

Ada paket khusus yang ditawarkan, waktu itu. Kami hanya membayar 5000 per kepala,untuk bisa mengunjungi beberapa tempat oleh-oleh dan pembuatan kaos. Tentunya paket ini dengan tujuan agar pelancong akan berbelanja di tempat-tempat yang telah dituju.

Paket wisata andong ini, mungkin akan seru jika kami memiliki waktu yang cukup untuk berkeliling. Waktu yang mempet membuat kami seolah dikejar waktu dan mengurangi kenyamanan. Pada akhirnya kami memilih untuk berjalan kaki menikmati suasana malam di Malioboro.

2. Belanja di Malioboro


Malioboro Malam Hari

Kebetulan sekali, ada yang ingin aku belu untuk anak-anak. Beberapa hari sebelum pergi ke sini, aku pernah berjanji untuk mengajak anak-anakku membeli sandal. Sebagai reward supaya lebih rajin menghafal dan tadarus al-Quran.

Sudah sampai sini tentu saja sandal yang kami pilih adalah sandal khas Yogyakarta. Dua pasang sandal anak berbahan kulit sintetis, yang enteng tetapi nyaman. Aku juga membeli untuk diriku sendiri dan untuk ibuku. Harga sandalnya murah hanya 15.000 IDR per pasang.

Selain itu aku membeli dua kaus bertuliskan Yogyakarta, harganya pun murah hanya 20.000 per kaus. Serta 2 pasang piayama batik ukuran anak-anak. Batik yang kupilih bahannya halus, sehingga harga masing-masing baju 45.000 IDR.

Harga Tiket Masuk Ke Malioboro

Seperti yang kita tahu, memasuki area malioboro tidak dikenakan tiket masuk. Perlu membayar biaya parkir kendaraan saja. Harga parkirnya untuk kendaraan roda dua 2000,- IDR, dan untuk kendaraan roda empat 15.000,- IDR.

Aku beberapa kali menyempatkan berburu kuliner di Malioboro. Pada kesempatan terakhir ini, aku hanya membeli sepincuk sate yang dijual oleh pedagang kaki lima di sini. Waktu itu buru-buru sekali, hanya untuk mengganjal perut, untuk harga dan rasa aku tak terlalu memperhatikan.

Wisata malam hari di Malioboro terasa syahdu. Meskipun antara realita dan harapan tak sejalan. Aku berharap bisa berjalan-jalan melihat setiap sudut dengan saksama mendapatkan banyak foto, tetapi justru berlari mengejar anak-anak. Keringat mengucur deras, khawatir kalau anakku hilang. Padatnya pejalan kaki, banyaknya pedagang kaki lima, di tambah lalu lalang becak dan andong membuatku harus melepas alas kaki.

Kini kabarnya Malioboro sudah bebas dari PKL, terbayang leganya jalur pejalan kaki. Kapan-kapan yuk, datang lagi untuk menikmati Malioboro malam hari.




Sukma (lantanaungu.com)
Lantana Ungu adalah seorang Ibu dengan dua orang putri, menyukai dunia literasi dan berkebun. Memiliki 11 karya antologi dan sedang ikut serta dalam beberapa proyek buku antologi. Sangat tertarik dengan dunia parenting, terutama parenting Islami. Email Kerja Sama: sukmameganingrum@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar