Bukit Cinta Rawa Pening: Mitos Putus Hingga Gembok Cinta

Bukit Cinta Rawa Pening

Ada hal yang tak masuk akal saat aku berada di Bukit Cinta Ambarawa ini. Jam pada ponselku mendadak kacau balau. Aku biasa membunyikan alarm pada pukul 11.00 WIB untuk pengingat waktu hafalan al-Quran anakku. Pada hari itu, alarm-ku bunyi dua kali. Jam pada poselku dua kali mengarah pada pukul 11.00 WIB. Jika bukan karena alarm berbunyi dua kali, mungkin aku akan beranggapan bahwa penglihatanku yang salah.

Pagi itu kami memasuki area bukit cinta sekitar jam 09:30 WIB, hanya singgah sebentar karena setelahnya kami akan melanjutkan perjalanan menuju Kota Salatiga. Mengitari bukit cinta lalu berakhir dengan bermain di playground. Saat itulah alarm pertamaku berbunyi. Tepat pukul 11.00 WIB, kemudian Mbak Mei berkata bahwa jam memang menunjuk pukul sebelas pada ponselnya. Namun Mas Rudi bilang kalau di ponselnya baru jam sepuluh lewat.

Tak lama, Mbak Mei pun mengatakan padaku kalau jam pada ponselnya berubah sama dengan jam yang disebutkan suaminya. Aku tak ambil pusing, mungkin setelan jam pada ponsel kami berbeda dan milikku ternyata lebih cepat. Meski aku masih mengecek berkali-kali ponselku karena kurasa kami belum terlalu lama di sini.

Aku baru merasa aneh saat alarm-ku berbunyi lagi, dan menunjukkan pukul 11.00 WIB. Saat aku berada di dalam mobil, dan sudah memasuki kota Salatiga. Kemudian aku bertanya pada Mbak Mei, jam berapa , jawabannya adalah jam sebelas, sama seperti yang ada pada ponselku. Adakah yang memiliki kisah yang sama sepertiku, lalu adakah penjelasan yang masuk akal untuk kejadian ini?


Bukit Cinta Ambarawa, Terlalu Romantis untuk Putus Cinta

Aku memiliki keyakinan, jika para pendahulu kita menghembuskan mitos pasangan kekasih-yang belum menikah-akan putus jika datang ke suatu tempat. Bahwasannya menurut pendapatku arti yang sesungguhnya adalah para pendahulu tak ingin anak-anak muda berduyun-duyun untuk pacaran. Bukan hanya di Bukit Cinta ini saja mitos semacam ini kudengar. Menurutmu bagaimana?

Pada awalnya mitos ini yang ada pada bukit ini. Namun, aku sendiri tidak memiliki bukti akurat yang menyatakan bahwa mitos tersebut valid, atau banyak pasangan yang putus saat datang ke sini. Kalau kamu mau tetap datang ke Bukit Cinta atau enggak kalau mitos itu benar?

Tetap datang bersama teman-teman dan mencari pasangan di sini. Haha ... siapa tahu bertemu jodoh dan jatuh cinta pada pandangan pertama. (((kebanyakan nonton drakor!)))

Bukit cinta ini terlalu romantis untuk putus cinta. Penataan tempatnya rapi dan bagus. Ada jembatan yang berada di atas rawa. Pemandangan alamnya indah, ekosistem rawa juga tampak menakjubkan. Waktu ke sana pengunjung yang datang belum banyak, seolah taman indah ini milik pribadi. Keindahan penataan tempat dan bentuk bangunan, membuat semua tempat cocok untuk berfoto.

Jembatan Kokoh Nan Indah Berada di Atas Rawa Pening

Bukit Cinta Rawa Pening
Area ini memungkinkan pengunjung bisa lebih dekat dengan air danau. Bangunan permanen yang kokoh tetapi juga indah ini, sangat nyaman untuk berjalan-jalan. Angin bertiup menerpa wajah dan memainkan ujung-ujung kerudungku. Ada pengaman pada sisi-sini jembatan yang membuatku merasa anak-anak akan aman meski mereka berlarian di tempat ini.

Di sepanjang jembatan terdapat lampu yang berbentuk estetik, lampu itu menurutku membuat foto dengan latar bukit dan gunung itu menjadi tambah indah.

Goa Naga Buatan Tempat Pamer Ikan


Anak-anak sudah antusias sekali untuk melihat ikan apa yang ada di dalam. Sayangnya sewaktu kami ke sini, goa naga ini sedang tidak dioperasikan untuk pengunjung. Info dari petugasnya selain ikan ada juga reptil. Goa Naga buatan ini, berbentuk naga yang mengitar bukit ini.

Konon naga yang seolah memeluk bukit ini, merupakan legenda. Dahulu di bukit ini ada sekor naga yang memeluk bukit, naga tersebut tengah menanti kehadiran ibunya. Sayangnya, penantian itu tidak berakhir pada pertemuan. Anak naga ini telah mati sebelum bertemu induknya. Kepala dan ekor naga dibuat menyerupai gapura bagi pengunjung yang akan menaiki dan mengitari bukit.

Taman Pinus di Bukit Cinta


Ada banguan berundak sebagai tangga untuk menaiki bukit. Bangunan ini dibuat menyerupai bebatuan besar yang disusun. Meski rindang dengan pepohonan, jalan ini sama sekali tidak licin. tangga yang lebar membuat anak-anak bisa leluasa naik turun dan berlarian bersama.

Pada bagian atas bukit ada pohon pinus yang menjulang, diameternya kisaran 60 - 100 cm. Kemungkinan pohon pinus di sini sudah lama ditanam merupakan tanaman pinus tua. Di sana terdapat bangku taman yang nyaman untuk bercengkrama. 

Bukit Cinta Banyubiru

Terdapat Joglo berukuran besar tepat di bagian atas bukit, di antara pohon pinus besar yang menjulang tinggi. Tempat ini cocok untuk pertemuan, suasananya adem. Ada pula situs cagar budaya berupa lingga-yoni dan petilasan pertapaan Ki Godo Pameling.

Bukit Cinta Rawa Pening
Lingga & Yoni, Petilasan Pertapaan Ki Godo Pameling. Foto: handikoo.com
Di bagian sisi tertinggi terdapat bangunan menjorok yang berfungsi sebagai menara pandang.

Menara Pandang Di Bukit Cinta

Pada zaman dahulu kala, bukit ini memang dipergunakan oleh pemerintah Belanda sebagai gardu pandang tanaman enceng gondok. Lalu pada tahun 1975 oleh Pemerintah Indonesia digunakan sebagai spot gardu pandang, pada tahun 1983 tempat ini mulai populer dan resmi berganti nama menjadi bukit cinta.

Ketika Berada di menara pandang ini, kita bisa mengamati aktivitas di beberapa  penjuru bukit cinta. Kami bisa melihat luasnya danau rawa pening serta pemandangan indah yang menjadi latarnya. Aktivitas mengambil penduduk enceng gondok dengan perahu bisa terlihat dari sini.

Danau Alami Rawa Pening, Danau Terluas Di Jawa Tengah


Rawa Pening merupakan danau alami yang terluas di wilayah Jawa Tengah, luasnya sekitar 2670 hektar. Berada pada cekungan di antara Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, dan Gunung Telomoyo.

Rawa pening memiliki legenda yang populer. Biasanya ada dalam materi pelajar bahasa Indonesia dengan tema cerita rakyat atau asal usul suatu daerah. Sosok Baru Klinting merupakan anak yang berhasil melakukan pertapaan mengubah wujudnya dari seekor naga menjadi manusia seutuhnya.

Saat pertapaan ada beberapa penduduk Desa Pathok yang sedang berburu, memotong ekornya. Mereka membawa pulang daging ekor itu untuk pesta perjamuan di desa. Setelah menjelma menjadi manusia, Baru Klinting menghampiri penduduk desa yang sedang mengadakan pesta untuk meminta sedikit makanan kepada mereka.

Penampilan Baru Klinting yang lusuh dan penuh luka, membuat penduduk desa acuh tak acuh. Mereka merasa jijik dan tak seorang pun mau membagi makanan untuk Baru Klinting. Kesombongan penduduk desa membuat Baru Klinting tak senang, ia kemudian membuat sayembara untuk para penduduk. Ia menancapkan lidi, kemudian meminta untuk dicabut.

Tak ada penduduk desa yang sanggup melakukannya, kemudian Baru Klinting mencabutnya. Bersamaan itu keluar mata air dari bekas lidi yang dicabutnya. Air yang keluar semakin banyak sehingga menenggelamkan desa tersebut, hingga terbentuklah Rawa Pening.

Sekarang Rawa Pening memiliki peranan penting bagi masyarakat di sekitar wilayah ini. Selain digunakan sebagai irigasi pertanian, beberapa penduduk memanfaatkan untuk memelihara ikan. Rawa Pening juga berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan sebagai obyek wisata.

Oh iya ... tanaman enceng gondok di sini bisa digunakan oleh para pengrajin untuk membuat berbagai macam hasta karya. Beberapa tahun lalu pernah terjadi pendangkalan area rawa disebabkan enceng gondok yang tumbuh tak terkendali. Tanaman yang mati mengendap, berbau busuk, air danau menghitam, dan membuat ikan yang ada di rawa ini terancam, sektor pertanian juga terkena dampak jeleknya kualitas air saat itu.

Berkeliling Rawa Pening Menggunakan Perahu

Cosplay jadi juragan kapal. 
Tersedia banyak perahu yang bisa kamu gunakan bersama rekan dan keluargamu untuk membelah tanaman enceng gondok dengan perahu. Aktivitas ini seru untuk dilakukan, kamu bisa lebih dekat dengan rawa. Tentunya kamu penasaran dengan tarif sewa kapal ini. Kamu hanya perlu merogoh kocek 100.000,- IDR per kapal selama 30 menit. Masing-masing perahu memiliki kapasitas 4 penumpang, artinya masing-masing penumpang membayar 25.000,- IDR
Kamu akan diajak mengelilingi danau Rawa Pening ini selama 30 menit. 

Gembok Cinta, Bentuk Romantisme Mematahkan Mitos Putus Cinta

Aku tak begitu paham dengan konsep gembok cinta ini. Apakah seperti Namsan Tower, lokasi gembok cinta yang populer di Korea. Pont des Art Bridge di Paris; Hehonzollern Bridge, Cologne, di Jerman; Vodootvodny Canal, Moscow, Rusia; dan Butcher's Bridge, Ljubljana, Slovenia. Soalnya waktu aku berada di sini belum ada gembok yang terpasang. 
Tepat di sebelah ini, ada spot foto bertuliskan gembok cinta dengan bentuk hati yang lebih besar

Mitos pada beberapa daerah yang memiliki lokasi wisata gembok cinta adalah harapan akan cinta sejati atau hubungan cinta akan menjadi langgeng jika menaruh gembok cinta di sana. Jika konsepnya seperti ini maka aku beranggapan bahwa gembok cinta Bukit Cinta itu dibuat untuk mematahkan mitos putus cinta sebelumnya.

Gazebo Unik Ada Lubang untuk Arah Tumbuh Pohon

Bukit Cinta Rawa Pening


Gazebo ini bisa menjadi naungan jikalau saat berkunjung ke sini bertepatan dengan hujan turun. Areanya luas, beralaskan karpet hijau berbentuk seperti rumput. Lalu ada bangunan berupa lingkaran besar seumpama pot besar tempat bernaungnya pohon dan tanaman hias merambat.

Design pot besar ini menarik, bisa digunakan untuk duduk dan berfoto. Dari arah sini terhubung dengan jembatan dan area jalan setapak menuju gembok cinta.

Playground Seru untuk Anak-anak

Bukit Cinta Banyubiru


Bukit Cinta Rawa Pening bisa dibilang tempat rekreasi keluarga yang ramah anak. Perombakan terbaru benar-benar memiliki tingkat keselamatan yang tinggi untuk anak-anak. Pengelola sepertinya tak hanya menyasar muda-mudi memadu kasih di Bukit Cinta ini. Namun, cinta yang lebih luas lagi.

Aku pun selalu lega jika di tempat wisata yang kukunjungi memiliki area bermain untuk anak. Sebab dengan begitu anak-anak menjadi betah berada di sana lebih lama. Hal ini tentu membuat Para Emak bisa lebih lama memanjakan diri di tempat wisata. Terlebih jika memiliki anak-anak yang aktif, area playground ini bisa membantu mereka melepas kalori dan membuat mereka relaks.

Area playground-nya juga nyaman, adem dan bersih.Meski waktu aku datang ke sana sepi pengunjung karena memilih di weekday. Namun, petugas di sana tampak sedang melakukan perawatan kebersihan dan kerapian di beberapa sudut. Tak heran jika rumput-rumput tak meninggi.


Rute dan Harga Tiket Bukit Cinta Rawa Pening


Bukit Cinta ini berada di Kecamatan Banyubiru. Berada di jalur utama Jalan Salatiga - Ambarawa. Baik dari arah Semarang, Yogyakarta, ataupun Temanggung. Kita perlu menuju Ambarawa, ada plang besar di persimpangan jalan menuju Salatiga yang menunjukkan arah menuju Bukit Cinta.

Bukit Cinta berada di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Harga tiket masuk Bukit Cinta terbaru adalah 10.000,- IDR untuk weekday, 15.000,- IDR untuk weekend. Saat aku kesana harga tiketnya masih 7.000, pada saat hari kerja. Biaya parkirnya 5.000,- IDR untuk kendaraan roda empat, dan 2000,- IDR untuk kendaraan roda dua. Tempat wisata ini beroperasi setiap hari mulai pukul 08.00 - 18.00 WIB.

Menurutku, tempat rekreasi keluarga Bukit Cinta ini cocok untuk dikunjungi. Selain harganya yang murah. Tempatnya nyaman dan bersih. Anak-anak akan merasa senang dan tidak kesulitan. Areanya luas, tak perlu was-was jika anak-anak tidak bisa diam.

Penataan tempatnya, ramah pejalan kaki dan ramah anak. Kali ini aku tidak memberikan tips khusus untuk datang ke sini, Kamu bisa mengenakan outfit apa pun. Jalanan di sini juga support untuk penyuka alas hak tinggi. Sebab jalanannya rata dan terawat. Sepertinya lokasi ini cocok untuk foto-foto prewed ya nggak sih? Pastikan kamu mengambil jadwal weekday supaya tidak banyak pengunjung dan hasil foto kamu bagus. Lalu apa kabar dengan mitos-nya? Wkwk ... entahlah, mungkin harus pasang gembok cinta.

Benar-benar puas saat bepergian begini, apalagi ada wisata alam Bukit Cinta Rawa Pening yang begitu indah. Itu makanya kita harus rajin cari cuan supaya bisa beli bensin buat jalan-jalan. Biar kelelahan membersamai anak tak dijadikan alasan menjadi lekas tua. Padahal mungkin saja lekas tua karena kurang piknik. Lak nggih makaten to, Sederek?




Sukma (lantanaungu.com)
Lantana Ungu adalah seorang Ibu dengan dua orang putri, menyukai dunia literasi dan berkebun. Memiliki 11 karya antologi dan sedang ikut serta dalam beberapa proyek buku antologi. Sangat tertarik dengan dunia parenting, terutama parenting Islami. Email Kerja Sama: sukmameganingrum@gmail.com

Related Posts

19 komentar

  1. Bukit cinta rawa pening memang bagus banget ya kak. Dulu pernah liat reviewnya rawa pening, tapi belum secantik sekarang. Sekarang rawa pening semakin indah saja. Bahkan tempatnya yang banyak pinus membuat udaranya lebih sejuk ya. Aaaah lebih seru kalo ada spot buat camping keluarga ya.. Hihi pasti seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, seru kalau bisa kemping. Kayanya bagian depan bisa deh buat dirikan dom gitu. Tapi memang belum ada wacana kemping. Bahkan wisata ini tutup pukul 18.00 WIB.

      Hapus
  2. Haha lekas tuanya karena kurang piknik pastinya..
    Btw, aku ada saudara di Ambarawa tapi belum juga sempat singgah ke sini. Asyik bener nih Bukit Cinta Rawa Pening, pas buat wisata alam dan edukasi ...Fixed mesti diagendakan ke sini kalau mudik nanti
    Tapi, itu seriusan soal alarm, kok bisa gitu yaaa hmmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes, agendakan wisata murah dan menenangkan. Bisa sekalian ke tempat lain juga soalnya save cost hihihi

      Hapus
  3. Ah iya ... bisa jadi mitos pasangan kekasih-yang belum menikah akan putus arti sesungguhnya adalah para pendahulu tak ingin anak-anak muda berduyun-duyun untuk pacaran.

    Lalu ttg legenda naga ... saya jadi mikir, bagaimana ya ada legenda naga di sana? Apa kira2 latar belakangnya? Apakah semacam dongeng sebelum tidur, ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurutku seperti dongeng sebelum tidur. Legenda ini bahkan dijadikan seperti simbol. Mereka membangun patung gunungn, naga dan bocah.

      Hapus
  4. Kalo nggak salah, Rawa Pening ini sempat jadi tempat syuting salah satu produk minuman energi dari salah satu perusahaan besar lokal ya.

    Cakep banget tempatnya. Masih jadi misteri itu alarm kenapa bisa bisa bunyi 2 kali ya. Apa ada perubahan zona waktu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benarkah? Aku baru tahu kalau buat syuting iklan. Bukit Cinta yang baru ini memang tampak lebih bagus sih, lebih rapi. Bahkan cukup 10rb aja tiket masuknya. Padahal kalau bikin taman kaya gitu pastinya mihil deh. Mupeng pingin punya taman sendiri yang kaya gini. Hehe

      Hapus
  5. Arealnya luas sekali ya Mbak, jadi kalau ke sini pasti puaaaas sekali. Ada area pepohonan, dan dekat dengan danaunya. Syukak banget sih itu kalau di jembatan, cakep kalau buat foto-foto, apalagi kalau misalnya cuacanya mendukung:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju Mbak, pastikan kalau ke sini berfoto di Jembatan. Biar nggak mati gaya lihat2 dulu foto-foto di IG sebagai referensi. Hehehe

      Hapus
  6. Suka liat jembatannya.
    Mengingatkan pada film mandarin dengan setting kerajaan tempoe doeloe.
    Juga yang di tepi danau itu bagus sekali.

    BalasHapus
  7. wah pernah sekali k rawa pening tapi kayanya belum sebagus dan sebersih ini deh hehe.. jadi keren ya sekarang, pengen main-main ke sana lagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, seru banget main ke sini, aku aja pingin main ke sini lagi nanti.

      Hapus
  8. Ini lagi viral juga ya mba. Saya lihat beberapa teman di Instagram berfoto di lokasi Rawa Pening ini. Bersih sekali tempatnya. Semoga terjaga kebersihan dan kelestariannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya iya Mbak, kebetulan sudah selesai renovasi dan memang destinasi wisata yang menarik. Bisa untuk tempat singgah melepas lelah kalau sedang perjalanan jauh.

      Hapus
  9. Gak sekedar tempat wisata belaka ya, Mba. Ada mitos yang beredar juga di Rawa Pening. Dari jembatan putus cinta sampai kisah naga yang menunggu ibunya. Terlepas dari mitos yang beredar, aku suka dengan tempatnya. Apalagi ramah buat anak-anak dengan adanya playground.

    BalasHapus
  10. Gak sekedar tempat wisata belaka ya, Mba. Ada mitos yang beredar juga di Rawa Pening. Dari jembatan putus cinta sampai kisah naga yang menunggu ibunya. Terlepas dari mitos yang beredar, aku suka dengan tempatnya. Apalagi ramah buat anak-anak dengan adanya playground.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju Mbak, pemandangannya bagus dan bersih. Sudah begitu anak-anak bisa bermain di-playground jadi nggak boring.

      Hapus

Posting Komentar