Adab Menuntut Ilmu || NHW #1



Adab menuntut Ilmu


Materi pertama dalam Matrikulasi IIP Batch #7 adalah mengenai Adab Menuntut Ilmu. Alhamdulillah berkali-kali memperoleh ilmu mengenai adab dalam menuntut ilmu. Dan kali ini adalah saat yang tepat untuk menuliskan kembali beberapa hal yang saya peroleh.

Kata-kata mutiara dari Abu Zakaria Al-Anbariy yang berbunyi, "Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu bakar. Adab tanpa ilmu bagaikan jasad tanpa ruh." Telah mengingatkan saya ilmu yang diperoleh tanpa adab seolah memindahkan api tanpa perantara. Ketika kita sudah memiliki adab tapi enggan menimba ilmu maka seumpama jasad tanpa ruh.

Pentingnya Adab Menuntut Ilmu

Dan merupakan syarat untuk mengamalkan suatu perbuatan adalah ilmu. Karena segala hal yang kita perbuat akan dimintai pertanggung-jawaban. Lalu jika kita tidak mengetahui ilmunya tetapi mengerjakan suatu amalan. Bagaimana kelak kita bertanggung jawab?

Ada beberapa adab yang harus kita pelajari dan tularkan kepada buah hati kita sebagai bekal utama mereguk ilmu. Mari kita jabarkan disini satu persatu dibawah ini :


  • Niat ikhlas menuntut ilmu karena Allah ta'alla.


Sebab segala amal yang kita kerjakan tergantung pada niatnya. Makanya kita harus meluruskan niat. Menuntut ilmu merupakan jihad, alangkah baiknya agar diniatkan karena Allah ta'ala



  • Datang ke majelis ilmu lebih awal, sebelum guru hadir


Kenapa harus datang lebih awal? Secara logika apabila kita hadir lebih awal, kita akan bersama-sama jam'ah lain berdo'a bersama sebelum menuntut ilmu. Selain itu kita tidak akan tertinggal materi. Jadi apa yang kita peroleh adalah ilmu yang utuh.



  • Duduk diam dan mendengarkan

Duduk diam mendengarkan ternyata adalah adab yang dianjurkan ketika menuntut ilmu. Jangan sampai ya kita tergoda ngobrol sendiri. Poin ini dan poin sebelumnya masih "nhw" emak banget, mbak Vanya masih cenderung terlambat datang dan juga masih belum bisa duduk diam serta mendengarkan. Emak masih harus terus sounding tentang ini entah sampai kapan. 😂😂😂

  • Lebih mengutamakan ilmu agama (islam) dibanding ilmu lainnya

Emak ngaku kalau terlambat memahami adab ini. Perasaan mengatakan sudah sering dengar. Tapi karena tidak merasa butuh jadi tidak dikerjakan dan tidak didengarkan. Ternyata ilmu agama itulah yang akan membentuk karakter anak kita berakhlak mulia. Jadi meskipun terlambat menyadari emak rajin datang ke majlis ilmu agama.

  • Bersabar dalam menuntut ilmu

Setiap individu diberikan kemampuan memahami ilmu secara berbeda-beda. Ada yang cenderung cepat paham dan cepat lupa (itu saya). Kalau ulangan langsung setelah dijelaskan nilai selalu "ok" tapi besok-besok sudah lupa lagi. Ada tipe yang lambat memahami tetapi ketika sudah paham akan teringat selalu. Maksud saya jika memang mengalami kesulitan, hendaknya bersabar dan tidak berpaling dari ilmu. Perbanyak do'a agar ilmu melekat erat.

  • Tidak bersikap sombong dengan ilmu yang dimiliki

Ini merupakan tanda dari ilmu yang bermanfaat. Ketika sang pemilik ilmu cenderung tawadu', mengamalkan ilmu dan tidak sombong terhadap ilmu yang dimiliki. Hanya mengharap pahala bukan pujian manusia.

Dan ini butuh kesungguhan hati dan keikhlasan. Ilmu yang bemanfaat adalah salah satu amalan yang tidak terputus meskipun kita telah meninggal.

  • Mengamalkan ilmu yang diperoleh

Sebaik-baik hamba adalah yang mengamalkan ilmunya, meskipun ilmu yang dimilikinya baru sedikit. Allah akan menambahkan ilmu padanya. Ish-ish-ish....yuk mari berlomba-lomba dalam mengamalkan ilmu yang telah kita miliki.


  • Mendengarkan nasihat teman atau guru

Terutama ketika menghadapi masalah atau cobaan. Cenderung kita ingin sekali masalah yang kita hadapi bisa selesai dengan instan. Padahal dalam keadaan tertekan kita sulit menemukan jalan keluar.
Disini kita bisa mendengarkan nasihat guru atau teman.

  • Bertanya kepada guru jika belum paham

Siapkan daftar pertanyaan ya teman, karena bertanya pada sumber yang lebih ahli akan menambah ilmu dan pemahaman.

  • Mengamalkan ilmu yang sudah jelas sumbernya, seperti al-qur'an dan hadits contohnya.


Dalam menuntut ilmu kita perlu sceptical thingking agar tidak mudah dibodohi. Tidak mudah percaya terhadap ilmu yang kita terima. Ketika tidak disertai referensi yang akurat. Tidak hanya berita  hoax saja, tetapi ceramah yang tidak disertai dalilnya juga wajib dipertanyakan. Hehehehe....



__________________🌻🌻🌻_________________

Setelah berdiskusi tentang adab menuntut ilmu. Kami para matrikulasi-er mendapat empat pertanyaan yang harus kami jawab dengan perenungan masal namun sendiri-sendiri di rumah masing-masing. Bagi saya seperti menilik ke dasar hati. Mencoba menemukan apa yang mungkin bisa dikerjakan dan itu penting bagi catatan amal saya.

Tugas yang harus kami kerjakan

1. Menentukan satu jurusan ilmu yang akan ditekuni di Universitas Kehidupan.


Dari yang Mbak Fara Noor Azizah (fasilitator) sampaikan. Bahwa kita hidup ini tidak hidup begitu saja namun ada mandat yang Allah berikan untuk kita jalani. Bukan perkara gampang bagi saya untuk menemukan. Banyak ide-ide bermunculan.

Pada akhirnya satu jurusan yang harus saya perdalam adalah jurusan ilmu parenting.


2. Alasan terkuat yang dimiliki sehingga ingin menekuni ilmu parenting.


Karena kelak bagaimana saya mendidik anak akan dipertanyakan di yaumul akhir. Jika saya mendidik mereka dengan hal yang tidak benar maka akan memberatkan saya. Sedangkan ilmu mengenai itu masih belum saya kuasai sepenuhnya.

Sebagaimana seharusnya bahwa seorang ibu adalah "madrasatul ulla". Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Juga ibu sebagai arsitek peradaban dunia. Jadi di pundak ibu ini terpikul beban yang berat.

Kalau menurut Abah Lilik Riza, "perbaiki pola pengasuhan, jangan terpaku dengan pola asuh masa lalu yang keliru, sembuhkan diri dari inner child." Apalagi ketika materi yang disampaikan mengenai mengembalikan fitrah pengasuhan.

Mendadak seperti saya ini baru menemukan arah, sepertinya selama ini saya lupa menyelipkan ilmu tauhid disaat saya mendidik anak. Harus segera diperbaiki mumpung masih di awal usia.

3. Strategi menuntut ilmu yang direncanakan di bidang tersebut.


Mencari sumber ilmu yang saya butuhkan dengan cara :


  • Bergabung dengan komunitas yang menyediakan banyak ilmu yang saya butuhkan. Dengan bergabung dengan komunitas, selain mendapat ilmu juga mendapatkan suntikan power dari masing-masing anggotanya.

  • Saya juga harus menuliskan ini dalam resolusi. Agar tidak mudah menguap seiring berjalannya waktu.

  • Mencari teman atau guru yang sudah berpengalaman. Untuk dijadikan mentor agar saya tidak salah arah.

  • Mengikuti IIP ini merupakan langkah awal untuk mendapatkan jurusan ilmu yang saya pilih. Game di kelas bunda sayang, akan membuat menuntut ilmu lebih terjadwal dan bisa terus mengamalkan. Melihat dari sharing teman-teman tentang game tersebut di sosial media.

  • Mengikuti seminar atau pelatihan. Bisa juga dengan mengikuti kuliah Whatsapp yang ilmunya berkesinambungan.


Game bunsay mencuri perhatian saya. Membuat hati ingin memperoleh ilmunya dan mengerjakan game bersama buah hati. Semoga saya lulus matrikulasi dan bisa lanjut sampai kelas berikutnya. Aamiin


4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perbaikan sikap yang dilakukan dalam proses mencari ilmu.


Banyak hal yang akan diperbaiki seiring berjalannya waktu. Seperti :

  • Hadir tepat waktu
  • Berdoa
  • Mengutamakan majelis ilmu daripada kepentingan yang lain
  • Mencatat ilmu 
  • Mengamalkan Ilmu

Karena ilmu yang tidak diamalkan hanya akan menjadi perlambang kecongkakan bagi si empunya ilmu.

Ilmu yang berkah, ilmu yang bermanfaat adalah yang diamalkan. Lalu ketika kita mengajari anak kita adab, dan ilmu. Saat di kemudian hari mereka terus mengamalkan ilmu tersebut. Itu merupakan amalan yang tiada terputus.

Jikalau kita sendiri yang mengajarkan bacaan Al-fatihah kepada anak kita. Lalu sepanjang hayatnya diamalkan untuk melaksanakan shalat.

Bukankah akan banyak sekali ilmu bermanfaat yang terus mengalir di saat kita sudah bertemu dengan malaikat munkar dan nakir.

Ketika mengetahui itu, ikhlaskah jika ilmu bermanfaat itu mengalir kepada guru TK, guru ngaji.

Sedangkan Allah menitipkan amanah itu beserta cara pengasuhannya lengkap dalam al-qur'an dan hadits. Hanya saja kita tidak mencari sumber ilmunya.

Akhirul kalam, saya sebenarnya ingin sekali anak-anak saya "homeschooling" tapi fakir ilmu. 😫😥😭😭😭

Sekian mengenai adab menuntut ilmu, sampai bertemu kembali di NHW berikutnya. Salam Ibu Profesional!
Sukma (lantanaungu.com)
Lantana Ungu adalah seorang Ibu dengan dua orang putri, menyukai dunia literasi dan berkebun. Memiliki 11 karya antologi dan sedang ikut serta dalam beberapa proyek buku antologi. Sangat tertarik dengan dunia parenting, terutama parenting Islami. Email Kerja Sama: sukmameganingrum@gmail.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar