Seni Berbicara dengan Suami

Bismillah

Siapkan  kacu (sapu tangan), mohon bersabar, mohon bersabar ... ini ujian.

Emak mau bercerita tentang beberapa kegagalan dalam berkomunikasi dengan suami. Sehingga segala hal yang saya minta selalu tertolak.

"Jadi tahu betul nih rasanya ditolak, maafkan yah bray yang sempat ditolak cintanya dahulu," seloroh emak sok laku.

Pelajaran apa yang bisa dipetik dari kasus saya?

"Bahwa, setiap luka hati itu tergantung kita mau disembuhin apa mau jadi bahan ungkit-ungkit."
Memaafkan itu mudah yang sulit adalah melupakan hal yang menyakitkan diubah menjadi pelajaran berharga yang hanya didapat dari pembuat luka.

Andai stok maaf kita ini tak berbatas, pasti pengadilan agama sepi cuy. Coba bayangkan saja, segala sesuatu bisa dihadapi tanpa harus saling meninggalkan.

Bagaimana caranya?

Berhenti mengikuti kalimat bijak, "Paku apabila sudah tertancap pada kayu kemudian dicabut, akan meninggalkan bekas." Harus dihindari kalimat seperti itu, karena itu memaklumi hati kita yang rapuh, dan membiarkan ia tetap rapuh, right?

Diganti dengan kalimat, "Hanya seorang yang berjiwa ksatria yang akan memaafkan kesalahan orang lain." Dengan begini kita diajari untuk berjiwa besar tidak letoy.

Bukankan setiap kesalahan seseorang, penghianatan seseorang itu terjadi selalu atas izin-Nya? Seberapa pun tak sukanya kita, semua yang terjadi sudah dalam skenario, lulus perizinan dan pengawasan-Nya. Bahkan daun berguguran dari pohon pun atas kehendak-Nya. Tiada yang luput dari sensus-Nya.

Coba deh dibalik, jika Allah berkehendak kita bersalah, lalu menyesal dan minta maaf. Tapi sudah tak ada maaf lagi karena, pasangan menganut paham, paku yang dicabut meninggalkan bekas. Kerja keras kita untuk dimaafkan tak digubris.

Btw, balik lagi ya ke takdir, kalau memang takdirnya berpisah sesimple apapun urusan bisa dipermak jadi besar, sedikit demi sedikit. Begitupun sebaliknya.

Hanya saja hidup dalam kondisi memaafkan jauh lebih nikmat, semacam secangkir kopi dan sepotong bolu, ketika hujan turun.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Masuk ke materi 'Seni Berbicara dengan Suami", yuk kita mulai.

Ini masih tantangan buat saya, karena model suami saya seperti Om Rocky Gerung gitu, ga bisa dikalahkan kalau berdebat. Makanya musti hindari perdebatan.

Tips gagal yang harus dihindari :

1. Mengajukan permintaan tanpa dilengkapi proposal.

Ini yang sudah saya buktikan genk, jadi saya ini kalau punya keinginan maunya terlaksana. (Itu mah semua yang bernyawa maunya begitu ... cuman ngaku apa nggak aja).

Karena suami bukan om Jin ye kan, tapi jauh lebih hebat lagi karena tidak hanya tiga permintaan yang dikabulkan, bisa lebih banyak lagi kalau sesuai catatan.

Jadi kalau sama suami itu, harus berpikir dengan logika, jangan main perasaan. Apa yang kita minta harus terbukti itu penting dan berguna bagi kelangsungan hidup. Hindari meminta hal yang menjadi larangan suami, yang ada perang dunia berulang.

2. Mengajukan permintaan saat pengeluaran bulanan membengkak.

Dikira uang tinggal metik, kalau anggaran lagi devisit ya ditahan dulu permintaannya. Atau minta hal-hal yang tidak mengganggu pengeluaran bulan itu, misalnya ganti minta dipijit.

Artinya paham betul dengan situasi suami, mengajukan permintaan di kala sempit itu memperkeruh suasana. Meskipun apa yang kita minta tidak untuk dikabulkan saat itu juga, namun akan membuat persentase diterima tipis. Jika dilakukan pada waktu yang tidak tepat.

3. Mengajukan permintaan saat suami sedang lelah.

Ini yang tadinya bisa di-acc tanpa nego akhirnya, berbuntut ricuh. Ini fatal, kalau tidak percaya boleh dicoba mak. Hihihi

Sebaiknya siapkan hidangan pembuka yang lezat dulu. Masakkan makanan kesukaan, sambil dipijit lebih baik ini mak. Kondisikan suami dalam keadaan kenyang dan bahagia.

4. Belum-belum sudah marah duluan.

Namanya juga pingin sesuatu, kalau dilarang pasti kecewa. Tahan dulu marahnya, marah-marah bukan semakin rock tapi semakin jauh dari harapan. Kalau bisa dimanis-manisin. Pokoknya bermodal rayuan maut bukan tampang preman.

Kalah sama pelakor mak, kalau modelnya ngambek terus marah-marah tidak karuan. Di luar sana, pelakor memiliki rentetan tawaran manis supaya bisa disahkan dan melengserkan status. Ngeri kan mak?

Keep calm yo mak!

5. Memaksa harus dihargai mahal kinerja yang sudah dilakukan

Berharga tidaknya seseorang sesuai dengan caranya menghargai. Memaksa dihargai itu bikin ilfil, jadi kesannya apa-apa yang sudah dikerjakan harus diimbali dengan harga.

Tiada lagi ikhlas, semua hanya demi penilaian. Males banget kan itu, kalau harus ketemu yang begini. Penghargaan itu datangnya bukan dari paksaan tapi keikhlasan.

Ingat mak, pelakor di luaran sana, mereka menawarkan kenyamanan tanpa batas. Menawarkan donat bertabur gula, meises, dan juga coklat leleh aneka rasa.

Jadi jangan sampai ketika permintaan ditolak lalu mengungkit jerih payah yang sudah-sudah. Ingat itu jerih payah dulu sudah pernah dipake untuk klaim reward belum? Hihihi

Sekedar mengingatkan saja, jangan-jangan kinerja yang itu-itu saja digunakan untuk klaim reward berkali-kali, malu sama meong atuuuuh!

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Seni berbicara pada suami ini makin lama seharusnya semakin membaik. Karena prakteknya setiap hari, harusnya semakin mahir dalam berkomunikasi.

Namun pada kenyataannya banyak diantara kita yang perlu bantuan psikolog untuk sekedar bahagia bersama pasangan. Memang menentramkan hati untuk menghasilkan kalimat positif itu tidak selalu mudah.

Hati perlu disetting ulang pengaturannya, agar tidak mudah kecewa. Salah satunya dengan bersikap legowo. Tidak memasang target terlalu tinggi terhadap suami.

Target kita adalah menyesuaikan dengan ketetapan-Nya. Karena sebaik-baiknya usaha dan do'a adalah jika Allah menghendaki. Terkadang kita tidak bisa melihat sejauh mana suami dalam berupaya.

Yang terlihat oleh kita adalah hasil yang diperoleh. Sama seperti halnya kita, sudah berusaha sungguh-sungguh dalam mendidik anak dan mengatur keluarga namun hasil yang diperoleh tidak selalu sama dengan harapan dan target kita.

Yang sering kali kita lupa, mencatat dalam hati berapa kali suami membahagiakan kita dalam sepanjang hidupnya. Tapi mengingat-ingat satu atau dua kesalahannya dan mengungkitnya sepanjang masa.

Berbicara kepada suami hendaknya dengan sopan, intonasi yang rendah, nada suara yang manis terdengar dan bersikap manja. Dadanya yang bidang itu adalah tempat kita menangis ketika merasa sedih dan kecewa ya kan gaes.

Sebaik-baik orang adalah yang mampu mengendalikan amarahnya. 
Jadilah profesional!
Karena menjadi istri adalah pekerjaan terlama yang kita miliki. Ulangi hal yang baik dan tinggalkan yang buruk.

Semua karena cinta ...🎼🎶🎤🎙🎵🎹🎸🎷
Monggo dilanjut nyanyinya.

Sukma (lantanaungu.com)
Lantana Ungu adalah seorang Ibu dengan dua orang putri, menyukai dunia literasi dan berkebun. Memiliki 11 karya antologi dan sedang ikut serta dalam beberapa proyek buku antologi. Sangat tertarik dengan dunia parenting, terutama parenting Islami. Email Kerja Sama: sukmameganingrum@gmail.com

Related Posts

6 komentar

Posting Komentar