Kenalkan Karakter Sopan Santun Pada Anak


Sopan Santun Pada Anak

Kali ini aku mau mengupas tuntas tentang karakter sopan santun pada anak. Bangsa kita dahulu terkenal dengan penduduk yang ramah dan sopan. Namun ternyata tak hanya bangsa Indonesia saja, bangsa lain seperti Jepang, Hongkong dan Korea juga santun-santun orangnya. Sopan santtun merupakaan identitas bangsa yang harus kita pelihara.

Bagaimana Mengenalkan Karakter Sopan Santun Pada Anak?

Aku terlahir dari suku Jawa. Ketika aku kecil dahulu, orang-orang sudah jarang sekali belajar bahasa Jawa krama inggil. Kata krama inggil merupakan kosakata yang digunakan untuk menghormati seseorang dengan cara memuliakan orang tersebut. Arti dari inggil adalah tinggi atau mulia. Padahal berbahasa krama inggil merupakan salah satu bentuk sopan santun dalam etnis Jawa.
 
Apalagi sekarang, demi menjaga kesopanan, anak-anak cenderung diajarkan Bahasa Indonesia ketimbang krama inggil. Bagus juga sih daripada anak-anak berkata kasar, tetapi ada rasa kecewa tersendiri ketika sebagai generasi masa kini tidak sanggup mempertahankan kearifan lokal yang positif. Sering dijumpai kalimat kekecewaan dari para sesepuh yang mengatakan 'Wong Jawa ilang jawane.

Jika dipikir ulang tidak jadi soal, karena sopan santun tidak terbatas dalam percakapan saja. Mencakup segala tingkah laku dalam keseharian. Perlu digaris bawahi  tingkat kercedasan seseorang tidak menjamin terbentuknya karakter ini dengan baik. Sopan santun ini termasuk akhlak mulia yang harus kita tanamkan pada anak-anak sedari kecil.
 
Pribahasa jawa berikut ini, akan mempermudah kita menyemangati diri untuk tidak lelah dalam mengajarkan. Di kemudian hari anak akan bersosialisasi, membekali anak dengan kemampuan bertingkah laku sopan akan menyelamatkan anak.
"Becik ketitik ala ketara, artinya akan muncul kepermukaan yang baik dan yang buruk juga akan kelihatan."
"Ngunduh wohing pakarti, artinya menuai apa yang ditanam (kebaikan maupun keburukan."
"Mikul duwur mendem jero", artinya anak yang bisa menjunjung nama baik orang tua."
Akhlak baik akan melahirkan sesuatu yang baik. Bertutur kata yang baik akan membuat lawan bicara menjadi segan. Selain ucapan yang baik, bahasa tubuh, dan cara berpakaian seseorang akan memperbaiki citranya. Seperti peribahasa dalam bahasa jawa, 'ajining diri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana'. Kalimat ini memiliki arti 'menjaga kebaikan diri ada dalam perkataan yang terucap, menjaga kebaikan tubuh ada pada pakaian yang dikenakan'.

Mendidik anak mengerti akan sopan santun menjadi hal yang harus diutamakan. Kedudukan sopan santun seharusnya lebih didahulukan sebelum anak diajarkan ilmu pengetahuan yang lain. Sebab baiknya adab akan membawa dampak yang baik pada proses belajarnya kelak. Seperti adab dalam menuntut ilmu, adab terhadap guru.

Langkah Tepat Mengajari Sopan Santun Pada Anak

Menginginkan hasil yang maksimal membutuhkan upaya yang maksimal juga. Tak perlu merasa terlambat, mari kita mulai langkah kecil kita untuk membentuk generasi yang beradab dimulai dari lingkungan keluarga. Ada banyak tahap yang harus dikerjakan, jadi jangan putus asa jika sudah mencoba tetapi belum berhasil.

1. Sejak Usia Dini


Dimulai dari anak berusia 1-3 tahun. Secara bertahap agar menjadi kebiasaan, jika sudah menjadi kebiasaan maka akan sulit luntur. Tidak perlu menunggu anak sudah lebih besar karena akan sulit mengubah kebiasaan yang sudah ada, ketimbang menanamkan kebiasakan baik sejak awal. 
 
Contoh kecilnya adalah : memberi salam, meminta izin, serta berdo'a sebelum melakukan aktivitas.

2. Menjadi Teladan

Anak adalah peniru ulung, maka akan lebih mudah menerapkannya dengan kita melakukan hal tersebut. Anak mudah terpengaruh dengan apa yang kita kerjakan bukan apa yang kita perintahkan.

Akan sulit bagi anak, ketika kita memintanya memberi salam atau meminta izin apabila kita sendiri tidak memberi salam dan tidak berpamitan. Melihat langsung perilaku baik akan memudahkan anak dalam belajar. Hal ini akan mudah direspons oleh sensor peniru dalam dirinya. Anak usia 1-5 tahun akan baik jika bermain bersama orang tua, agar tertanam adab baik sebelum di-launching untuk bersosialisasi.

3. Kenalkan dengan Agama

Agama adalah pilar bagi manusia untuk mengenal baik dan buruk dengan lebih baik. Dengan mengenalkan agama, anak akan mengenal surga dan neraka. Anak termotifasi dengan kisah kebaikan kelak dibalas dengan surga. Menggambarkan keindahan surga yang akan diraih Ananda jika selalu bersikap baik.

Pengenalan agama ini bisa dilakukan sedini mungkin, tetapi orang tua harus paham sejauh mana anak memahami konsep. Muli dari yang ringan-ringan terlebih dahulu. Dalam Islam bisa dengan hadits keutamaan memberi salam, keutamaan memberi hadiah, keutamaan tersenyum serta keutamaan berbuat baik kepada orang tua.

4. Dimulai dari Hal yang Sederhana


Ajari anak empat kata dasar dalam sopan santun, yaitu permisi, tolong, maaf dan terima kasih. Keempat kalimat ini merupakan kalimat yang sangat sering terucap dalam keseharian kita. Ajarkan juga penggunaan kata tersebut. Berikan contohnya seperti :
  • Izin : "Permisi, Mama mau lewat ya Kak."
  • Meminta : "Tolong, buatkan Adik nasi goreng."
  • Bersalah : "Maaf ya Ma, minumnya tumpah."
  • Menerima kebaikan : "Terima kasih ya Ma" saat Mama selesai membuatkan nasi goreng, misalnya.

5. Bermain Peran


Fitrah anak adalah bermain, jadi pendidikan apa saja, untuk anak usia dini sebaiknya dilakukan dengan bermain. Hal ini akan membuat anak enjoy melakukannya. Bahkan akan dilakukan berulang-ulang tanpa paksaan.

Bisa sambil mengenalkan profesi jika dilakukan dengan bermain peran. Suasana riang gembira akan membuat penanaman karakter menjadi lebih mudah menempel pada ingatannya.

6. Konsisten

Kemampuan otak anak dalam mengingat masih belum sempurna. Jadi anak cenderung mudah lupa, sebagai orang tua sudah seharusnya kita selalu mengingatkan. Berharap karakter yang kita tanamkan menjadi kebiasaan.

Jangan terlalu longgar, dan mudah memaklumi anak. Anak harus tetap diingatkan apabila apa yang dilakukannya tidak tepat. Jika kita terlalu mudah memaklumi, maka anak akan menilai kita tidak konsisten dan membuat mereka bingung. Mereka beranggapan proses pemakluman itu sebagai isyarat bahwa apa yang telah dikerjkan adalah benar.

7. Membacakan Buku serta Berkisah


Seperti halnya bermain peran mendengarkan cerita adalah hal yang sangat menyenangkan untuk anak-anak. Mendengarkan kisah membuat imaginasi mereka mengembara, mengikuti kisah yang kita ceritakan. Anak akan menyimpan ajaran kebaikan dengan mengagumi isi cerita.

Ketika membacakan buku atau berkisah, jangan lupa mengajak anak memetik hikmah dari cerita yang kita sampaikan. Seperti peribahasa jawa di atas, bahwa kebaikan akan menuai kebaikan, sedang kejahatan akan membuat celaka di kemudian hari.

8. Memberikan Pujian


Kata-kata manis berupa pujian merupakan sebuah apresiasi yang membahagiakan bagi anak. Jangan pelit dalam memberikan pujian, meskipun progres anak baru sedikit. Akan tetapi tidak secara berlebihan.

9. Serius dalam Menerapkan

Serius disini adalah, tidak menganggap lucu lantas menertawakan apabila anak melakukan kesalahan. Jangan jadikan kesalahan anak sebagai bahan lelucon. Justru akan membuat anak sulit memahami apa arti sopan santun. Sebaiknya ingatkan dengan lembut jika anak berbuat kesalahan.

10. Penuh Perhatian

Anak yang kurang perhatian akan cenderung melakukan perbuatan yang dinilai kurang sopan, hanya untuk menarik perhatian orang tuanya. Jadi berikan perhatian yang cukup. Jika anak sedang butuh perhatian, maka tinggalkan kesibukan emak sejenak, lalu penuhi kebutuhan ananda.

11. Butuh Proses


Sesuai dengan kapasitas otak anak yang mempengaruhi kinerja anak. Maka rentan waktu yang dibutuhkan tidak sebentar. Sesuai dengan daya penerimaan anak. Dan masing-masing anak berbeda jangka waktunya.

Selain itu sebaiknya dilakukan bertahap agar lebih optimal pemahaman anak. Tidak serta merta diajarkan semua. Jangan bosan dalam mengingatkan. Terus berproses hingga terbentuk dengan baik.

12. Sertakan dalam Do'a

Agar hati anak mudah diajarkan dalam kebaikan maka sangat dibutuhkan do'a orang tua yang membersamai. Do'akan agar teguh dalam perilaku sopan santun. Karena ketika sudah mulai beranjak remaja kita tidak bisa mengawasinya selama 24 jam.

Memohon agar selalu dalam perlindungan-Nya, dan mendapatkan lingkungan pergaulan yang baik.

Demikian beberapa poin penting dalam menularkan adab atau sopan santun pada anak. Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat. Sampai ketemu lagi dalam sharing berikutnya. 
Sukma (lantanaungu.com)
Lantana Ungu adalah seorang Ibu dengan dua orang putri, menyukai dunia literasi dan berkebun. Memiliki 11 karya antologi dan sedang ikut serta dalam beberapa proyek buku antologi. Sangat tertarik dengan dunia parenting, terutama parenting Islami. Email Kerja Sama: sukmameganingrum@gmail.com

Related Posts

4 komentar

  1. makasih mbak sharingnya, mantap..materi bagus buat mamak-mamak kayak aku ini yg masih harus banyak belajar..salam kenal ya mbak dari aku ((salah satu dari mamak keceh..halah)) hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak. Semoga bermanfaat ya, mamak keceh. 😍😍😍

      Hapus
  2. Inhale-exhale kalau ngajarin anak yaa..
    Padahal kalau sudah tau "kecenderungan" cara belajar masing-masing anak, bakalan bisa dengan mudah diterapkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup betul sekali mbak, emak kudu istingnya mainkan. 2 anak berbeda cara ngajarinya.

      Hapus

Posting Komentar